Kamis, 21 Januari 2016

Arti AKSARA JAWA

0 komentar
Aksara Jawa umum diurutkan dengan urutan Hanacaraka, yaitu mengacu pada lima aksara pertama.
Urutan tersebut membentuk sebuah puisi atau pangram 4 bait yang menceritakan tentang tokoh Aji Saka dan legenda terciptanya aksara Jawa. Puisi tersebut diceritakan sebagai berikut:

Namun dari itu, pengurutan ini tidak menjelaskan posisi aksara lainnya, terutama murda dan mahaprana. Selain itu, pengurutan ini berbeda jauh dengan urutan asli aksara Jawa yang mengikuti kaidah bahasa Sanskerta.

KAGANGA
Aksara Jawa juga dapat disusun dengan urutan Kaganga yang mengikuti kaidah Sanskerta Panini sehingga memiliki paralel dengan urutan aksara-aksara India lainnya. Urutan ini dipakai dengan mengacu pada aksara-aksara Jawa Kuno pada periode Hindu-Buddha, dan sekarang dipakai sebagai urutan aksara Jawa dalam Unicode. Dengan urutan ini, setiap aksara dapat mewakili bunyi unik yang digunakan dalam bahasa Jawa kuno.

HANACARAKA yang di perluas
Kalangan neo-konservatif Jawa juga mengemukakan urutan alternatif yang dengan ciri kedua urutan di atas. Aksara disusun berdasarkan urutan hanacaraka, namun aksara murda dan mahaprana diikutsertakan beserta bunyi aslinya sebagaimana dalam urutan kaganga. Hal ini dianggap memudahkan pelafalan dan berguna untuk menulis bahasa asing bahkan bahasa Sanskerta yang masih banyak digunakan terutama untuk motto kesatuan, organisasi bahkan motto NKRI. Berikut urutan ke-36 aksara Jawa sesuai bunyi abjad fonetis internasional.

PENGGUNAAN BAHASA JAWA
Aksara Jawa sampai sekarang masih diajarkan di sekolah-sekolah wilayah berbahasa Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta, sebagai bagian dari muatan lokal kelas 3 hingga 5 SD. Walaupun demikian, penggunaan sehari-hari, seperti dalam media cetak atau televisi, masih sangat terbatas dan terdesak oleh penggunaan aksara Latin yang lebih mudah diakses. Beberapa surat kabar dan majalah lokal memiliki kolom yang menggunakan aksara Jawa. Namun selain itu, usaha-usaha revivalisasi hanya bersifat simbolik dan tidak fungsional, seperti pada penulisan nama jalan. Salah satu penghambatnya adalah tidak adanya pengembangan ortografi dan tipografi aksara, serta digitalisasi komputer yang sulit dilakukan karena kompleksitas aksara Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar